Penembakan_karyawan__freeport_indonesiaDUA rentetan kasus penembakan di areal PT Freeport Indonesia tiga hari terakhir, Minggu (8/12) sekitar pukul 12.56 wit dan Senin (9/12), pukul 02.00 wit, terhadap seorang karyawan Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) bernama Agustinus Waiyay, dipandang memiliki muatan kepentingan bisnis. Apakah benar pelakunya berasal dari kelompok sipil bersenjata?
“Saya melihat tidak demikian, menurut saya dalam kasus ini ada muatan tertentu, bukan masalah politik, ini perebutan lahan bisnis,” kata Matius Murib, Pembela HAM, Direktur Baptis Voice Papua,
kepada SULUH PAPUA, Senin.
Baginya, pelaku dalam kejadian tersebut bisa saja kelompok sipil bersenjata ataupun korps berpangkat yang memiliki akses dalam areal Freeport. “Kita tidak bisa bilang OPM atau bukan, atau OTK yang mengarah ke OPM, karena sejak Kelly Kwalik meninggal dunia dua tahun lalu, rasanya tuduhan kepada OPM sebagai pelaku sudah tidak bisa diterima,” katanya.
Ia memandang, siapa saja kelompok dapat ‘bermain’ demi mempertahankan kepentingannya. Apalagi areal Freeport menawarkan peluang meraup rupiah tidak sedikit. “Sekarang menjadi tugas dari kepolisian untuk mengungkap siapa dibalik aksi, pelakunya harus ditangkap dan diadili, kalau tidak segera diungkap, bisa saja terror ini akan terjadi setiap saat,” katanya.
Murib memperkirakan, sepanjang pelaku belum menemukan atau mencapai keinginannya, sejauh itu pula penembakan akan terus terjadi.
“Bisa saja, ini masalah kepentingan usaha, bukan politik,”
tegasnya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Papua, AKBP Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan, seorang karyawan Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) bernama Agustinus Waiyay ditembak kelompok bersenjata, Senin (9/12), sekira pukul 02.00 wit.
Pudjo Hartono menambahkan, Waiyay merupakan seorang driver yang mengendarai water truck dengan nomor lambung 021010 menuju Mil 41, tujuan pos pengamanan internal PT Freeport Indonesia. “Sekitar 200 meter sebelum tiba untuk mengisi air, korban ditembak sebanyak enam kali dari arah kiri jalan.”
Menurutnya, berdasarkan pengakuan, korban mendengar tembakan lebih dari satu sumber. Terdapat lima bekas tembakan yang mengarah ke pintu radiator atas ban. “Meski demikian kasus penembakan misterius tersebut tidak menimbulkan korban jiwa,” kata Pudjo.
Pudjo menuturkan, pasca insiden, anggota Satgas Amole bersama penyidik Reserse dan Kriminal Polres Mimika langsung menuju lokasi kejadian untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). “Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini bersama Satgas Amole sudah melakukan identifikasi.”
Sehari sebelumnya, kelompok tak dikenal juga memberondong kendaraan anggota TNI Brigif 20 Ima Jaya Karamo Praka Warsidi saat melintas menggunakan Inova dengan Nopol S739WG, dari arah Timika menuju mil 50. “Setibanya di mil 41, korban ditembak dari kanan dan kiri jalan. Kejadian itu mengakibatkan kaca mobil sebelah kiri retak. Tidak ada korban,” kata Pudjo.
Kepolisian telah melakukan olah TKP, sedangkan barang bukti telah diamankan di Polres Mimika.
Kapolres Mimika AKBP Jermias Rontini mengatakan, hingga kini pihaknya masih mendalami kasus penyerangan misterius.
“Tim penyidik Reskrim sudah menangani dengan melakukan olah TKP,”
kata Jermias.
Pada September 2009 hingga Februari 2012, rangkaian penembakan di Freeport menghentak banyak pihak. Gangguan keamanan di wilayah tambang terbesar di dunia itu mengakibatkan sebanyak 20 pekerja PT Freeport, pendulang tradisional, pekerja asing bahkan aparat keamanan, tewas.
Satu dari sekian korban tewas itu adalah anggota Brimob Detasemen B Polda Papua di Timika yaitu Briptu Ronald Sopamena. Korban tewas dalam operasi penyergapan kelompok bersenjata tak dikenal di kawasan Kali Kopi ruas jalan Tanggul Timur pada Februari 2012. (JR/K6/R4/L03)
Selasa, 10-12-2013, SuluhPapua.com