Hari ini sekali lagi Dr. George Junus Aditjondro menyampaikan dukungan terbuka, tertulis maupun lisan, “Dukungannya terhadap perjuangan Papua Merdeka”. Tulisan bukunya berjudul “West Papua: Persoalan Internasional”.
Berikut catatan dari Editorial PMNews tentang 10 Jenis Orang Papua yang menentukan dan menghambat perjuangan Papua Merdeka.
Aditjondro katakan,
“Hanya referendum yang dapat menentukan apakah orang Papua masih ingin menjadi bagian dari Indonesia atau tidak,” ujar George saat peluncuran buku diskusi dalam peluncuran buku berjudul “West Papua: Persoalan Internasional“, di Kontras, Jakarta, Kamis (3/11/2011).
Dukungan ini bukan baru dari seorang Aditjondro, dan bukan hanya untuk West Papua, tetapi merupakan dukungannya yang konsisten terhadap penderitaan umat manusia dan bangsa-bangsa terjajah di muka Bumi. Dukungannya terhadap bangsa rumpun Melanesia lain di Timor Leste telah berhasil, dan kini tanpa lelahnya Aditjondor terus memberikan dukungan-dukungan kepada bangsa-bangsa terjajah, demikian kata
Kalau kita saksikan di lapangan ada saja ketidakberdayaan dan ketidakpercayaan, malahan penolakan orang Papua sendiri terhadap aspirasi manusia, hewan, tumbuhan dan semua makhluk Bumi Cenderawasih untuk melepaskan diri dari kekangan penjajah NKRI. Ada beberapa jenis orang Papua, yang perlu kita cermati untuk membantu kita menyikapi dukungan-dukungan yang datang dari suku-bangsa lain di Indonesia.
1. Orang Papua tidak percaya diri,
entah karena dia tidak berdaya secara fisik, mental maupun logikanya. Orang yang tidak percaya diri ini disebut Dr. Benny Giay sebagai, “Bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah.” Dari berbagai bangsa di dunia ini, golongan bangsa yang memenuhi syarat untuk dijajah ini jumlahnya sangat sendiri. Orang Papua yang tidak percaya diri perlu bertobat karena perjuangan ini bukan menyangkut kebencian atas dasar ras, agama, asal-usul atau pandangan politik, tetapi ini perjuangan demi harkat, martabat dan hargadiri serta demi kebenaran mutlak, sesuai prinsip moral, hukum dan demokrasi.
2. Orang Papua malas tahu,
terutama karena dia sendiri punya banyak masalah secara pribadi ataupun kelompoknya sudah ada dalam masalah-masalah keluarga, marga, suku, partai politik, pemilukada, hutang-puiutang, kawin-cerai, perselingkungan, kebiasaan mabuk, narkoba, terkena HIV/AIDS.
Ada juga orang Papua yang malas tahu karena dia bukan manusia berprinsip, tetapi ialah oportunis. Jadi dia tidak mau berterus-terang kepada dirinya dan kepada bangsanya tentang penderitaannya dan bagaimana menyelesaikannya. Ia lebih condong “cari kesempatan dalam kesempitan”.
Orang-orang ini disebut “orang cari makan” saja, mereka sebenarnya tidak terlalu pusing dengan NKRI atau Papua Merdeka, yang penting buat mereka ialah apa yang mereka bisa dapat dari kedua-duanya atau dari salah-satunya. Yang dipikirkannya ialah “perut” dan “aku”nya, bukan kita dan sekaliannya.
Orang jenis ini sebenarnya tidak dibutuhkan; malahan merugikan bagi pro NKRI maupun kontra NKRI. Tetapi terlanjur mereka sudah ada di dalam NKRI, mungkin mereka ada di dalam birokrasi NKRI, jadi mereka bermain di dalam NKRI, walaupun NKRI juga tahu mereka tidak berguna, tetapi mereka dijaga saja dalam rangka kleim bahwa ada orang Papua mendukung NKRI.
3. Orang Papua cemas tetapi ragu
Mereka memang cemas, dan selalu bertanya, “Kapan kita merdeka?”
Keraguan terutama muncul karena dia sendiri tidak punya pendirian, percaya diri sendiri.
Apalagi disodorkan dengan iklan-iklan kekuatan NKRI dari sisi jumlah, ditambah dengan iklan dengan kekuatan militer dan kepolisian dilengkapi dengan alat-alat militer yang serba-lengkap membuat orang Paupa yang cemas-cemas kapan kita merdeka, tetapi mereka semakin merasa ragu setelah melihat jumlah orang Indonesia begitu banyak dan kekuatan militernya begitu ganas dan mematikan.
Orang Papua yang ragu bahwa West Papua akan atau pasti merdeka ialah mereka yang sudah selasai dari perguruan tinggi, yang gelarnya Sarjana Muda atau Sarjana. Pengetahuan mereka tidak seluas Indonesia, apalagi seluas ASEAN atau Oceania, mereka hanya memahami Papua dan kampung halaman mereka dan kantor di mana mereka bekerja. Mereka ini para raja di kolam kecil, tetapi mereka merasa diri sebaga raja sejagat. Mereka sudah punya pekerjaan, sudah punya gaji. Mereka ikuti geerak-langkah para pejuang Papua Merdeka, mereka juga berada di dalam garis komando NKRI. Mereka mampu membandingkan kekuatan kedua belah pihak. Makanya mereka tahu Papua harus merdeka, tetapi mereka meragukan impian itu akan terwujud. Mereka berhitung satu tambah satu samadengan dua, bukan satu atau tiga.
4. Orang Papua percaya tetapi tidak sepenuhnya yakin
Orang Papua ini satu kelas dengan “Orang Papua cemas tetapi ragu” tetapi ditambah lagi dengan “tidak yakin”, bukannya ragu.
Dia percaya Papua itu pasti merdeka, cuma dia tidak yakin bagaimana nanti kemerdekaan itu terwujud, di samping kekuatan dan jumlah orang Indonesia yang melampaui kemampuan orang Papua dan perlengkapan untuk perlawanan yang tersedia. Ia percaya, tetapi tidak sepenuhnya yakin karena dia sendiri memikirkan perjuangan ini bagaikan sebuah Tim Sepakbola, seperti misalnya antara Persipura dengan 1000 pemain melawan Persidafon dengan 10 pemain. Padahal sebuah pertandingan sepak bola tidaklah begitu. Ada ketentuan, setiap klub harus menurunkan berapa orang dan berapa pemain yang bisa diganti, dan peraturan lainnya. Ia menjadi tidak yakin karena ia tidak tahu.
Orang-orang ini juga hidup dalam dua prinsip, mendoakan pemerintah NKRI, sekaligus mendoakan Papua Merdeka, karena orang-orangnya ada di dalam pemerintah NKRI sebagai Camat, Bupati, dsb, dan juga orang-orangnya yang lain ada berjuang untuk Papua Merdeka. Motto mereka ialah, “Serahkan semuanya kepada Tuhan! Tuhan akan berkarya!”
Mereka bisa disebut kaum oportunis, tetapi tidak sepenuhnya oportunis. Mereka juga tidak ragu, tetapi mereka sebenarnya tidak sepenuhnya percaya.
5. Orang Papua yakin dan percaya tetapi tidak berani
Di atas yang cemas tapi ragu dan percaya tetapi tidak yakin, ada orang Papua yang punya phobia, yaitu ‘takut mati’. Orang-orang Papua ini kebanyakan dibayangi oleh “trauma masa lalu”, “memoria passionis” yang kejam dan mengerikan di tangan NKRI.
Mereka sebenarnya mendukung Papua Merdeka tetapi mereka sendiri tidak berani mengambil langkah atau mereka tidak mau terlibat dalam perjuangan ini. Ada juga karena memiliki “phobia” tertentu yang didasarkan kepada pengalaman sebelumnya atau cerita yang didengarnya dikaitkan dengan bayangan-bayanngan yang akan muncul ketika Papua Merdeka.
Mereka inilah yang biasanya katakan, “Iyo, yang lain berjuang dengan senjata, kita berjuang di dalam hati.” Tetapi mereka juga tidak berdoa sebenarnya. Yang mereka katakan ialah “Saya takut kepada NKRI! Nanti mereka tumpas kami habis kalau kita melawan mereka!”
6. Orang Papua yakin dan percaya dan berani tetapi tidak tahu bagaimana melangkah
Ini golongan orang Papua terbanyak. Dan dari yang terbanyak itu, hampir semua pejuang Papua Merdeka masuk ke dalam kategori ini.
Mereka yakin dan percaya bahwa Papua akan dan harus merdeka. Mereka rela berkorban. Mereka berani bertindak. Mereka mau mati saat ini juga. TETAPI, mereka sebenarnya “TIDAK TAHU BAGAIMANA MELANGKAH”.
Karena tidak tahu bagaimana melangkah, maka mereka menjadikan isu Papua Merdeka untuk kegiatan dan tujuan lain yang menurut mereka ialah demi Papua Merdeka. Tetapi apa dampaknya? Dampaknya justru mencelakakan dan menghalangi perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya justru menciptakan faksi-faksi di dalam perjuangan Papua Merdeka. Akibatnya malahan menimbulkan kekacauan dalam mengarahkan perjuangan ini.
Banyak tokoh yang muncul, banyak organisasi dibentuk, banyak Panglima diangkat, banyak kongres dilakukan, banyak pemerintah (presiden dan perdana menteri) diumumkan, banyak menteri, berhamburan kiri-kanan. Mereka melakukan semua ini dengan militansi yang tinggi, dengan hitung-hitungan nyawa sendiri, dengan resiko yang mereka tahu karena mereka berhadapan dengan NKRI dan militernya. Tetapi semua yang dilakukan yang dianggap sebagai langkah-langkah untuk Papua Merdeka itu justru merugikan perjuangan itu sendiri.
***
Orang Papua jenis ini juga sering berganti baju. Misalnya hari ini dia pergi hadir di KRP III, 2011, besoknya dia hadir dalam bedah buku tentang West Papua di Jakarta, lusanya dia hadir dalam Kongres TPN/OPM III di Vanimo, PNG, berikutnya dia hadir lagi dalam Peresmian Bupati Lanji Jaya. Jadi mereka hadir di semua tempat, mencari tahu di mana sebenarnya yang benar. Orang-orang ini membuat banyak sekali bekas kakinya, sehingga mereka bisa disebut kelompok Bintang-14, kelompok WPNA, kelompok TPN/OPM, kelompok TPN.PB, kelompok PDP/DAP, kelompok Pegunungan Tengah, Kelompok Mamta, kelompok Merah-Putih, kelompok Biru-Putih, dan lainnya.
***
Orang Papua yang tidak tahu melangkah ini kebanyakan bersandar kepada dua hal utama:
Pertama mereka bersandar kepada senjata. Mereka selalu mencari senjata, berbicara tentang senjata, bergerak cepat kalau ada yang jual senjata. Mereka mengira bahwa dengan senjata yang mereka beli itu mereka bisa pakai untuk basmikan orang Indonesia, TNI dan polri dari Bumi Cenderawasih.
Yang kedua, mereka bersandar kepada Tuhan. Mereka menekankan pertobatan total, penyembahan total kepada Tuhan, dengan meninggalkan semua perang-perang, tindak kekerasan, pembunuhan. Mereka bilang, “Bunuh satu orang Indonesia berarti kemerdekaan Papua tertunda 10 tahun, jadi jangan kita main bunuh”.
Banyak dana dihabiskan, banyak nyawa melayang, banyak waktu dan tenaga dihamburkan karena orang-orang Papua jenis ini selalu saja mencari jalan, masih berputar-putar mencari jalan, untuk mewujudkan cita-cita Papua Merdeka.
7. Orang Papua Papindo
Entah karena tidak percaya diri, cemas tapi ragu, yakin dan percaya tetapi tidak tahu jalan, apa apa, jenis orang Papindo dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor, seperti disebutkan sebelumnya, tetapi pada pokohnya mereka ini mengelompokkan dirinya ke dalam kaum Papindo dengan alasan berikut:
7.1 Hanya karena dia perlu jabatan, nama besar, bukan nama besar di dalam NKRI, tetapi nama besar di daerahnya, jadi kalau Papua Merdeka tidak memberikan, maka dia merasa jalan terbaik saat ini buat dia ialah membela NKRI
7.2 Karena sebagian darah mereka berasal dari non-Papua, maka kalau Papua Merdeka justru dia dirugikan, maka dia membela NKRI, walaupun pada saat yang sama dia memaki-maki NKRI karena banyak hak asasi orang Papua dilanggar, yaitu termasuk hak asasinya sendiri. Dia terbelah dua dalam pikiran dan perasaannya, maka pantas dia bernama Papindo.
7.3 Karena beristerikan atau bersuamikan orang non-Papua maka mereka merasa bahwa kalau Papua Merdeka nantinya bini/ lakinya terpisah dari dirinya, maka lebih baik mendukung NKRI, walaupun pada waktu-waktu tertentu dia memarahi pasangan hidupnya bahwa negara/ bangsanya melanggar HAM suku-bangsanya di Tanah Papua.
7.4 Karena mereka merasa kalau Papua Merdeka nanti mereka sendiri akan dihabisi (ini terutama para keturunan pejuang Pepera dan pejuang Merah-Putih).
Aliran perjuangan Papua Tanah Damai dan aliran orang Papindo terutama muncul karena ada rasa takut yang besar terhadap orang Papua dari Pegunungan Tengah. Ada yang bilang, “Aduh, jangan kasih senjata kepada teman-teman dari gunung sudah, nanti mereka pakai bunuh dong pu orang sendiri.” Ada juga yang bilang, “Kalau nanti merdeka, jangan orang-orang gunung pegang senjata boleh!” Makanya muncul ide-ide Papua Tanah Damai supaya kemerdekaan itu turun dari langit tanpa pertumpahan darah.
7.5 Ada kaum Papindo yang hanya sebatas Oportunis. Mereka hanya dalam rangka cari makan, tidak ada kepentingan menentang atau mendukung pihak manapun. Sepanjang mereka bisa dapat makan dan menjadi kaya dari posisi itu, mereka optimalkan dan mereka garap itu sampai habis-habisan, sampai menjadi kaya tanggung, menjadi mewah tanggung. NKRI tahu tetapi NKRI juga perlu orang tanggung seperti ini. Pejuang Papua Merdeka sama sekali bukan konsumen sampah seperti ini sehingga sering menentang kaum Papindo, bukan karena mereka membenci orangnya tetapi karena menolak kelakuan bunglon seperti itu.
7.6 Orang pensiunan, sekedar mencari makan sebelum ke liang kubur. Jadi, ada orang Papua yang waktu mudanya menjadi pejuang Papua Merdeka, tetapi karena dia harus mengakhiri hidupnya ke alam baka, maka dia merasa bukan waktunya buat dia untuk berteriak Papua Merdeka lagi. Jalan satu-satunya agar dia kembali ke kampung halamannya dan dikuburkan di tanah leluhurnya ialah menyatakan mendukung NKRI.
***
Selain tujuh jenis di atas, berikut dua jenis orang Papua yang disebabkan terutama oleh indoktrinasi pihak-pihak asing yang menikmati hasilbumi Papua selama Papua berada di dalam NKRI, yang merupakan pembelokan arti dan makna Kitab Sucidan doktrin sebenarnya dari agama modern yang ada di Tanah Papua.
Sebenarnya ada sejumlah alasan mengapa mereka mengatakan perjuangan Papua Merdeka itu tidak sesuai dengan ajaran doktrin agama mereka. Pertama dan terutama, menurut pengetahuan real, para tokoh agama itu punya sentimen pribadi terhadap para tokoh perjuangan Papua Merdeka. Sentimen pribadi itu dialaskan dengan ajaran agamanya, pada saat yang sama dia sebagai tokoh agama, maka pendapat sentimentil yang tidak ada hubungannya dengan agama itu menjadi ajaran agama.
Kedua karena kebanyakan pejuang Papua Merdeka dianggap terlibat dalam berbagai jenis dan tingkatan kasus asusila dan tidak sepenuhnya menjalankan dogma agama yang dianut di kampung-halamannya. Misalnya dia tidak pernah beribadah di gereja atau ibadah keluarga. Para aktivis Papua Merdeka juga dianggap sebagai pembangkang dan penentang tatanan mapan yang sudah ada. Dalam jiwa para pejuang ada “jiwa pembereontakan”, yaitu pemberontakan terhadap yang telah ada selama ini. Sehingga mereka menganggap isu yang didukung para orang “Kristen” atau “Islam” itu tidak pantas didukung oleh orang Kristen atau orang Islam.
8. Orang Papua merasa perjuangan Papua Merdeka menentang Pemerintah
Ada sejumlah alasan yang sering mereka kemukakan dengan mencap perjuangan Papua Merdeka sebagai tindakan menentang pemerintah.
8.1 Karena pemberontakan terhadap pemerintah NKRI artinya perlawanan terhadap kemapanan; sehingga mereka yang suka atau menikmati kemapanan itu ikut terusik;
8.2 Karena dia sebenarnya tidak paham arti ayat atau pasal Kitab Suci yang mengajarkan tentang ketaatan kepada Pemerintah dimaksud. Bagaimana kalau nantinya West Papua memiliki pemerintah sendiri, apakah mereka akan mengatakan kita harus tunduk kepada pemerintah NKRI dan bukan kepada pemerintah West Papua? Apa yang mereka katakan tentang pemerintah Timor Leste yang jelas-jelas telah menentang pemerintah NKRI dan membentuk pemerintahannya sendiri?
9. Politik “Papua Merdeka” merupakan Wujud Dosa (atau Ikut Papua Merdeka berarti Berdosa)
Banyak penginjil, pemimpin atau pejabat gereja, gembala sidang, khsusunya di Pegunungan Tengah Papua dipecat (disiasat) karena mendukung Papua Merdeka dengan dalil bahwa mereka berpolitik, maka itu dosa. Jadi, siapa saja yang terlibat di dalam perjuangan Papua Merdeka dianggap sebagai tindakan “dosa”.
Padahal pada waktu yang sama mereka mendoakan sang Presiden, Gubernur, Bupati, dan Camat. Mereka juga datang ke kantor-kantor pemerintah NKRI membicarakan Pilkada dan Pemilukada. Mereka menerima uang dari pemerintah untuk meloloskan bakal calon tertentu atau memenangkan partai politik NKRI tertentu.
***
10. Orang Papua yang Tahu, Yakin, Percaya, Berani dan Berpendirian Teguh
Orang ini dia
10.1 Yakin dan Percaya Papua pasti dan harus merdeka;
10.2 Berani mengambil langkah dan tindakan yang punya resiko sampai mengancam nyawanya sekalipun.
10.2 Berpegang teguh kepada pendiriannya, tidak mudah dibujuk dengan jabatan, duit, perempuan atau kejayaan apapun selain kemerdekaan bangsa dan tanah airnya. Biarpun nantinya orang Papua menjadi melarat dan menderita setelah Papua Merdeka, bukan itu yang dicarinya. Yang dicarinya bukan kekayaan, bukan kemewahan, bukan kemakmuran, tetapi hanya satu: kemerdekaan, kedaulatan, terlepas dari belenggu penjajahan negara dan bangsa asing.
10. Di atas semuanya, “DIA TAHU”
- Dia tahu mengapa Papua harus merdeka,
- dia tahu mengapa Papua pasti merdeka,
dan di atasnya,
- di tahu bagaimana mencapai kemerdekaan itu.
Oleh karena itu pendiriannya, langkahnya, sikapnya dan perjuangannya tidak tergoyahkan oleh tawaran dialogue, tawaran Otsus, tawaran kedudukan di dalam pemerintahan NKRI, atau apapun. Dia bersiteguh, “Papua Merdeka Harga Mati!”
- Siapakah Anda?
- Mengapa Anda menjadi seperti siapa Anda sekarang?
- Adakah peluang untuk Anda berubah Mendukung Papua Merdeka seperti George Junus Aditjondro?
Kalau George Junus Aditjondro jelas-jelas merupakan orang jenis ke-10 tadi. Dia tahu mengapa Papua harus dan pasti merdeka, dan dia tahu bagaimana mencapai kemerdekaan itu. Dia tidak ada di ruang mencari-cari, mengira-ngira, mencoba-coba, meraba-raba. Dia ada di barisan kepastian. Kepastian itu bahwa Papua Pasti Merdeka, karena Papua Harus Merdeka.
Perlu pelajari para papindo pantai dan gunung suka mencari makan atau kedudukan. Harus punya prinsip seperti pa, yunus bukan orang papua namun ada kompas untuk melangkah darinya dan juga bepegang pada sikap atau petunjuk ke 10 untuk menjatuhkan persepsi orang menuju kemerdekaan bagi negerinya.
Anda penulis?? anda sendiri termasukgolongan apa?Golongan Sampah!! Tulisan anda hanya sampah.
orang yg ke 10 merupakan orang berbahaya bagi NKRI. orang yang mementing daerahnya tanpa mementingkan nasib 250 juta jiwa penduduk indonesia. Bila papua merdeka, apakah daerah lain ikut merdeka ? pasti merdeka, yang saya kuatirkan terjadinya perang sipil seperti di Yugoslavia. di Indonesia banyak sekali etnis,agama,kebudayaan seperti halnya di Yugoslavia. wahai saudaraku di papua, kita bangun papua bersama-sama dalam kesatuan NKRI. tanpa ada penindasan,perasaan di jajah. Di era yang demokrasi dan keterbukaan.
pace penulis bagian mana?provokasi penjajah dan dijajah…,apa yg dijajah dan siapa yg dijajah.GEOEGE ADITJONDRO diketawain byk org kalo bikin buku,tidak pnh wawancara narasumber main bikin biku aja.Ketika ditanya narasumber,dia bilang dari media.Wahh…,hrsnya dia jadi pembuat kliping bkn penulis.Trus sbg org Papua,saya gak merasa terjajah kok!!!Mulai kepala kampung sampai gubernur,mulai tukang kebun sampai kepala instansi sdh dijabat org asli Papua.Kekayaan alam dr pasir batu kerikil sampai kayu hutan kepala suku kuasai semua.Proyek2 daerah sdh katuh ke tangan kontraktor asli Papua(meski akhirnya ditenderkan ke kontraktor non papua yg lbh berpengalaman).jadi dengan modal kulit hitam dan rambut keriting saja kt sdh dpt keuntungan ratusan juta dr proyek itu.apanya dijajah???
Olah condroo.. Cari makan
kok jadi tukang Insinyur provokator…
Orang nyeleh kok ya laku…
sangt benar apa yg d katakan Dr. Junus, karena papua saat banyak muncul yudas iskariot ‘penghianat’ yang sudah mendarah daging dalam otsus. Maka saya mengutip lagunya lengendaris papua jam 80an ‘BLACK BRAHTER’ tentang ‘ HARI KIAMAT jd hanya menunggu kepastian bintang jatuh dari langit.
Orang Papua sifatnya selalu aja tergesa-gesa minta merdeka, bagi mereka yang hidupnya model-model itu mengukur target waktunya, hidup mereka dikendalikan oleh waktu. Waktu ketentuanya dan target mereka sangat mendesak maka tidak memperdulikan apapun akan resikonya baik itu dukungan masyarakat belum siap semua ka, yaminan keselamatan rakyatnya akan terjamin semua atau tidak masukan-masukan dari pejuan lain ka?… tidak perdulikan karena waktulah mengendalikan hidup mereka maka sifatnya menta/masak agenda jalan.
Manusia Papua sebenarnya adalah hidup selalu menguasai diri punya prinsip tidak muda diasut oleh orang lain karena ia yang menguasai waktu, kapan waktu akan pasti tempuh tujuanya. itu sifat orang no yang ke 10.
Apakah setelah merdeka,
Kalian akan sejahtera ?
TIDAK !
Mengapa ?
Karena kalian hanyalah orang bodoh yang mau dibodohi oleh orang yang hanya ingin kekuasaan semata,
bukan kesejahteraan rakyatnya.
Sekarang yang dipermasalahkan adalah bukan hal kemerdekaan semata,
tetapi hasil akhirnya itu seperti apa ?
Mampukah berdiri di era globalisasi saat ini ?
Kalau kalian bisa,
mengapa kalian hanya memperkeruh suasana dengan kemunafikan kalian.
Kalau ingin merdeka sepenuhnya,
pakailah aturan yang baik dan benar,
mempunyai undang-undang dasar yang jelas,
mempunyai pribadi yang baik dalam setiap masyarakat.
Bukan dengan masyarakat yang penuh dengan keburukan,
seperti narkoba,perzinahan yang berakibat timbulnya HIV/AIDS seperti yang kalian alami saat ini.
Saya pribadi mendukung Papua Merdeka,
tetapi bukan sekarang saatnya kalian merdeka.
Masih ada banyak hal yang harus kalian pahami bagaimana menjadi negara yang baik,
karena mayoritas dari kalian masih berpikiran primitif.
Padahal pemerintah (Indonesia) berjuang bangkit menjadi negara maju dan membantai para mafia politik yang meresahkan pemerintah dan kalian sendiri,
dan serta pemerintah tidak semuanya mengabaikan kalian,
buktinya sarana dan prasana yang ada di Papua semakin maju,
hanya saja mayoritas dari kalian sulit untuk menerima kemajuan.
Kalau kalian masih seperti ini,
bukan tidak mungkin,
satu persatu dari kalian akan punah.
aku tetap bekerja dan berdoa buat tanah papua dan tetap berjuang demi bumi cendrawasi salam merdeka, papua sdh merdeka
Kepada yang terbodoh pa danang, sbnrnya bapa menyadari bahwa sumber berbagai macam penyakit dan masalah melanda di papua bahkan yg terlebih lg di luar papua adalah indonesia sendiri, sebab masih lemahnya hukum indonesia, contoh aja pengendar dan pengguna narkoba aja anggota keamanan baik TNI maupun POLRI mereka sbg aparat penegak hukum apa cara itu benar?. Orang papua tau harga diri dan keadaan skrg tdk sama dengan sblm indonesia menjajah masy. Papua, uu saat itu sangat ketat dan dipatuhi oleh masy. Papua sendiri. Dan terlebih lagi ada beberapa putra papua mereka belajar hanya lwt buta huruf aja kebnykan pintar dan ternama tapi, saat indonesia ada di papua malah semakin membodohi putra dan putri papua. Jd saya disimpulkan bhw sbnrnx org papua pintar tapi indonesia (termasuk pa danang) yang bodoh.coba kita ketahui bersama kemajuan di indonesia terbelakang sekali daripada adik kandungnya di negara malaysia…tidar sadar berani sekali berkomentar seenakmu…dari yang bodoh buat yang sangat ter…b…o…d…o…h…!
Yang mendukung Papua Merdeka hanya orang hutan karena tidak memilikapi integritas terhadap bangsanya. Mereka adalah sekelompok orang yang hanya ingiin menjilat dan menerai diatas penderitaan orang lain.
coba anda berfikir lebih matang lagi sebelum membuat suatu negara yang merdeka.Apakah anda dan golongan anda, bisa mencukupi kebutuhan setiap masyarakat Papua untuk hidup layak.
Apakah anda bisa bersaing dengan negara yang berkembang lainnya, apakah anda bisa menciptakan suatu tren teknologi untuk mensejahterakan masyarakat anda dengan SDM lokal yang anda punya?
janganlah terlalu sombong dan keras kepala kawan.coba kita fikirkan kembali demi kesejahteraan masyarakat yang luas..Alangkah lebih indahnya jika kita sama sama membangun daerah sendiri dan masih berdiri di bawah satu atap yaitu NKRI.
Sangatlah indah kawan. hanya sekedar saran.terima kasih
faiz (Depok, Jawa barat)
Saya sendiri lama hidup di papua,watak rata2 orang papua lebih bisa berkata bilamana dia telah terlebih dulu menenggak miras.bagaimana papua merdeka ?! Cobalah dengan otak yg waras,pikiran jernih jangan ter provokasi oleh siapapun! Artikan lah merdeka itu apa?! Setelah itu silahkan anda berkarya dgn cara yg baik dan benar.
itu hanya pendapatmu saja, atas ketidaksuksesan atas hidupmu, saya melihat,merasa,dan yakin, bahwa saudara-saudaraku tetap memilih bersatu dalam NKRI .
Mas danang……tau tidak indo mrdeka oleh org awam yg tdk tau apa2..akhrx amandemen smua ngaramu mnjd ancman bgi gnerasi skrg..tp maklumlah pasti anda adlh org sampah yg hidup dalam kolom jembtn dan tol2 brsma sampah…………..