JAYAPURA – Proses evakuasi terhadap bangkai pesawat Susi Air jenis Caravan C 208 B PK-VVE yang jatuh di sekitar Distrik Pasema, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua, hingga Minggu (11/9) belum bisa dilakukan.
Sulitnya medan menuju lokasi dan hujan lebat membuat tim evakuasi tak bisa menembus tempat jatuhnya pesawat yang dipiloti Dave Cootes warga negara Australia dan Copilot Thomas Munk warga negara Slovakia itu. Hingga berita ini diturunkan, kondisi pilot dan copilot itu juga belum diketahui.
Kapolres Jayawijaya, AKBP I Gede Sumerta Jaya,SIK yang dikonfirmasi Cenderawasih Pos mengatakan tim evakuasi yang terdiri dari 12 orang anggota SAR Jayapura, dan dua dari pilot Susi Air serta 1 polisi sebenarnya sudah berada di sekitar lokasi jatuhnya pesawat. Namun tim mengalami kendala untuk sampai ke lokasi jatuhnya pesawat. Sebab kondisinya bergunung-gunung serta hutannya masih lebat. Selain itu kondisi cuaca yang tertutup kabut juga menyulitkan tim untuk sampai ke lokasi, belum lagi hujan lebat.
Kapolres mengatakan, karena kondisi medan yang sangat berat dan hari sudah menjelang malam dan hujan, akhirnya tim evakuasi memutuskan untuk mengehentikan sementara pencarian dan bermalam di tengah hutan dan juga di kampung di daerah tersebut. “Kabar terakhir yang kami terima, untuk bisa sampai ke lokasi, tim masih harus berjalan kaki sekitar 4 jam,” terangnya.
Sulitnya medan menuju lokasi jatuhnya pesawat yang membuat tim evakuasi belum sampai di lokasi membuat informasi mengenai kondisi pilot dan copilot belum diketahui hingga saat ini. Kapolres mengatakan, lokasi jatuhnya pesawat hanya bisa dipantau dari udara, sehingga keberadaan pilot dan copilot belum diketahui secara pasti. “Kondisinya kami belum dapat informasi, sebab tim belum sampai ke lokasi,” tandasnya.
Sedangkan helicopter Air Fast yang direncanakan terbang untuk melakukan pencarian dibatalkan untuk terbang dan evakuasi melalui helicopter Mision sekitar pukul 15.45 telah kembali ke Wamena begitu juga dengan pesawat Susi Air kembali ke Wamena sekitar pukul 16.00 WIT. “Yang jelas evakuasi ini akan terus dilanjutkan hingga pilot dan copilot serta badan pesawat ditemukan. Selain itu juga kotak hitam yang mengetahui penyebab jatuhnya pesawat juga harus berhasil ditemukan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bandara Wamena, Thomas Alfa Edison saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, juga mengakui kalau proses evakuasi belum bisa dilakukan. Sebab sampai saat ini tim yang diturunkan belum tiba di lokasi jatuhnya pesawat. “Kami masih menunggu kabar dari tim evakuasi yang saat ini sedang menuju lokasi jatuhnya pesawat. Jadi kami belum dapat kabar mengenai kondisi pesawat dan pilot serta copilotnya,” terangnya saat dihubungi Cenderawasih Pos, Sabtu (10/9) malam.
Selain itu Dandim Wamena Letkol Inf Eventius Teddy Danarto saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos juga mengakui masih melakukan pencarian terhadap evakuasi pesawat Susi Air itu. “Kami melibatkan diri sejak terjadinya kecelakaan Susi Air tersebut, sebanyak saru regu saya kerahkan yang berjumlah 10 orang, yang saat ini berada di perkampungan sekitar pesawat tersebut jatuh,” katanya saat dihubungi tadi malam.
Dandim juga mengakui bahwa jauh dan sulitnya medan ditambah juga cuaca yang tak bersahabat membuat tim evakuasi sangat sulit untuk sampai di tempat lokasi badan pesawat. “Yang jelas kami akan terus berupaya melakukan evakuasi sampai pada lokasi jatuhnya pesawat. Besok (hari ini,red) tim akan kembali melakukan pencarian,” ungkapnya.
Sementara itu, Helikopter jenis bell Seri HA-5113 milik TNI yang dioperasikan di Papua sempat dilaporkan kehilangan kontak saat terbang dari Timika, Kabupaten Mimika ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya untuk membantu evakuasi pesawat Susi Air, Sabtu (10/9).
Informasi yang dihimpun Cenderawasih Pos menyebutkan, helikopter yang dipiloti Kapten Cpn. E.L. Siagian dan copilot Lettu. Cpn. M. Fatoni, terbang dari Timika Sabtu (10/9) sekitar pukul 15.45 WIT, mulai kehilangan kontak sekitar 15 mil dari Wamena. Menurut sumber-sumber Cenderawasih Pos, helikopter tersebut berhasil mendarat di Wamena, Minggu (11/9) sekitar pukul 11.00 WIT.
“Namun hingga saat ini saya belum mengetahui sebelumnya helikopter tersebut sempat mendarat dimana hingga mencemaskan pihak TNI AD yang tak mendapat keberadaannya,” ungkap sumber itu.
Sebelum hilang kontak, helikopter tersebut terbang pada ketinggian 060 altitude runway 12 Wamena. Karena menghindari cuaca yang saat itu sangat buruk. Heli mendarat pada posisi E 04 18′ 027 S 138 52′ 45 di sekitar Pegunungan Rumpius Kabupaten Wamena sekitar pukul 17.50 WIT Sabtu kemarin.
Sementara itu Heli baru bertolak dari lokasi pendaratan, Minggu 11 September sekitar 12.40 WIT dan 10 menit kemudian berhasil mendarat di Makodim 1702/JWY, Minggu (11/9) sekitar pukul 11.00 WIT kemarin.
Pilot Kapten Cpn. E.L Siagian, Copilot, Lettu. Cpn. M Fatoni bersama tiga orang kru antara lain, Pelda. Eko, Serka Yafet dan Praka Heru dilaporkan selamat dan tidak mengalami gangguan apapun, termasuk helikopter tersebut ketika mendarat di Makodim 1702/JWY juga tidak mengalami gangguan.
Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI. Erfi Triassunu ketika ditemui wartawan di Bandara Sentani usai mendampingi kunjungan KSAD di Timika, Minggu (11/9) kemarin mengatakan, helikopter tersebut telah mendarat mulus di Wamena, Kabupaten Jayawijaya dimana sebelumnya diketahui mendarat darurat di tempat datar tepatnya di pegunungan Rumpius karena cuaca saat itu buruk.
”Helikopter itu hilang kontak dan berupaya mendarat darurat kurang lebih 25 menit sampai di Bandara Wamena akhirnya keputusan pilotnya untuk mendarat di lokasi datar sehingga mendarat darurat. Pilot ketika itu sempat berupaya berkomunikasi baik itu ke Wamena maupun ke Timika namun karena cuaca buruk kemudian pilot mengambil keputusan untuk bermalam di tempat itu selanjutnya pagi harinya hendak terbang namun karena cuaca masih buruk sehingga sekitar pukul 11.00 WIT melihat cuaca baik akhirnya terbang menuju Wamena,” katanya.
Ditanya kenapa helicopter tersebut memilih terbang sore hari, Pangdam menjelaskan, sebenarnya heli tersebut berangkat sekitar pukul 15.40 WIT dan cuaca saat itu masih bagus karena perhitungan waktu sudah bisa mendarat di Wamena sekitar pukul 17.20 WIT. ”Memang cuaca di Papua ini tidak bisa diperkirakan bahkan terkadang berubah secara mendadak. Namun karena sesuai koordinasi dengan Basarnas untuk membantu pencarian korban Susi Air maka titik kumpulnya di Wamena, akhirnya heli itu berangkat ke Wamena,” paparnya.
Meskipun demikian, lanjut Pangdam, pihaknya telah berkoordinasi dengan Basarnas untuk tetap membantu dan melaksanakan proses evaluasi korban jatuhnya pesawat Susi Air namun melihat kondisi cuaca. Menurut Pangdam, karena berada di lembah dan kondisi geografis wilayah pegunungan tengah yang ekstrem membuat upaya helikopter hendak berangkat terpaksa gagal.
Sekedar diketahui, sesuai laporan dari Tower Bandara di Timika, bahwa Helikopter berangkat sekitar pukul 15.45 WIT menuju Wamena namun hanya beberapa menit kemudian langsung hilang kontak. Helikopter kehilangan kontak tepat pukul 15.52 WIT dimana 15 mil sebelum tiba di Bandara Wamena dan helikopter tersebut sempat diduga jatuh. Kemudian dari Bandara Timika bahwa Helikopter terbang dari Runway 12 dengan ketinggian 060 altitude dan Endurance 0230 Radial 090. (ro/nal/fud)
Cepos, Senin, 12 September 2011 , 07:32:00