Benarkah OPM Dibalik Rusuh di Papua?

Keberadaan TPN/OPM kerap melekat dibalik berbagai gejolak di tanah Papua. Seperti penampakan sekelompok orang bersenjata di kebun warga di perbukitan Gunung Tanah Hitam. Menariknya senjata yang digunakan kelompok-kelompok bersenjata itu tergolong canggih. Bahkan stikma itu sering memunculkan silang pendapat. Benarkah TPN/OPM dibalik itu?

Oleh:Wilfret/Papua Pos

WAKIL Gubernur Provinsi Papua, Alex Hasegem SE sampai terheran-heran atas insiden yang kejadian di tanah Papua. Alex heran karena kelompok yang diduga Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) sudah merambah di pinggiran kota-kota.

Ketika ditanya wartawan di Jayapura dalam suatu kesempatan acara ia mempertanyakan keberadaan TPN/OPM dibalik serangkaian peristiwa itu.

“Saya heran kok OPM bergerak di pinggir-pinggir kota, seperti kontak senjata yang terjadi di Tanah Hitam dan penembakan kediaman kantor Bupati Puncak Jaya, setahu saya pergerakan OPM hanya di hutan-hutan dan daerah perbatasan antar negara, dengan cara bergerilya,” katanya.

Yang lebih mengherankan, Alex Hesegem, kelompok yang dituding OPM dan masuk kota tersebut dalam aksi terornya memakai senjata yang tergolongan canggih.”Masa senjatanya canggih-canggih, saya benar-benar heran,” katanya. Kendati kasus-kasus yang terjadi selama ini digolongan kasus kriminal.

Namun, karena pelakunya sudah menggunakan senjata api yang modern, tentu ini harus menjadi perhatian serius aparat keamanan. “Jika ada gerakan masyarakat menggunakan senjata, harus dihadapi juga dengan senjata,” tambahnya. Bahkan dalam pernyataannya dia mendesak aparat keamanan baik itu Polisi maupun TNI segera menghentikan aksi-aksi kelompok itu.

Sebelumnya, Mantan Menteri Luar Negeri Organisasi Papua Merdeka, Nicolas Messet, meminta semua pihak tidak mudah mengambing hitamkan kelompok OPM sebagai otak dari semua kerusuhan yang terjadi di Papua sejak pemilih legislatif 2009.

Sebab, indikasi semua kejadian kerusuhan itu direkayasa mulai terkuak. Dimana ada sekelompok orang yang memperalat orang Papua untuk melakukan tindakan-tindakan dengan imbalan Rp 50 ribu per orang,

Exit mobile version