Surat Utang Global Indonesia Dinilai Masih ‘Seksi’

TEMPO Interaktif, Jakarta: Pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada Toni Prasetyantono menilai penerbitan surat utang global (global bond) masih bisa menarik investor. “Masih menarik, saya dengar malah sudah ada penawaran US$ 4,5 miliar,” ujar Toni melalui pesan pendeknya kepada Tempo, Kamis (26/2).

Menurut Toni, penerbitan obligasi atau surat utang tersebut masih menarik meskipun beban utang luar negeri Indonesia sudah besar. Apalagi jika ditambah penerbitan surat utang global ini. Namun dalam situasi krisis seperti sekarang, pemerintah tidak punya banyak pilihan.

Penerbitan global bond, kata dia, akan menghasilkan banyak devisa dan bisa memperkuat devisa dan selanjutnya bisa memperkuat rupiah. “Ini hal yang urgen dilakukan sekarang karena rupiah cenderung lemah,” ujarnya.

Seperti diketahui pemerintah menerbitkan surat utang global dengan bunga berkisar antara 10,25 hingga 10,75 persen. Harapannya dengan obligasi ini pemerintah bisa mendapatkan dana yang bisa memperkuat cadangan devisa di dalam negeri.

Namun dia juga mengingatkan agar pada tahun mendatang dan sesudahnya pemerintah lebih memprioritaskan obligasi atau utang domestik. Alasannya asumsi ekonomi pada 2010 lebih membaik sehingga penerbitan surat utang global bisa lebih dikurangi.

“Tahun ini bolehlah karena kondisi darurat, agar beban pemerintah tidak semakin berat,” ungkapnya. Pemerintah juga diharapkan bisa memperbanyak porsi utang domestik sehingga tidak berpotensi menyebabkan tekanan external balance dan tekanan cadangan devisa di masa mendatang.

Exit mobile version