JAYAPURA – Gagal melakukan demo guna menyampaikan dukungan peluncuran Kaukus International Perlemen for West Papua (IPWP) 15-18 Oktober lalu di London, Inggris tidak menyurutkan IPWP Papua untuk tetap menyuarakan asprasi tersebut.
Dalam press confrence di Sekertariat Dewan Adat Papua (DAP), Selasa (21/10), Ketua IPWP Papua Buchtar Tabuni didampingi Sekertaris IPWP Viktor F Yeimo, Koordinator umum Peluncuran IPWP Sebi Sambom, Koordinator Lapangan Elly Sirwa dan Ketua Tim Legislasi AMPTP Albert Wanimbo didampingi puluhan massa pendukungnya akhirnya mengumumkan hasil IPWP di London, Inggris yang sudah ada di tangan mereka.
4 lebar hasil IPWP dalam Bahasa Inggris itu diterjemahkan oleh Viktor F Yeimo. Isi dari hasil IPWP di London memuat beberapa poin yaitu pertama, mendesak setiap negara di Eropa untuk tidak melakukan hubungan dengan Indonesia sampai Indonesia memberikan ruang kebebasan yang damai bagi masyarakat Papua. Kedua, meminta agar ada peninjau dari pihak International menyangkut masalah di Papua. Ke-tiga, mendesak PBB untuk mendengarkan salah satu penasehat dari pengadilan Internasional dibawah hukum Internasional.
Ke-empat, seluruh kekayayaan alam di Papua digunakan sepenuhnya untuk masyarakat Papua. Ke-lima, desak Sekjend PBB untuk mereview kembali tentang aturan PBB menyangkut proses bebas memilih di Papua (menyangkut Pepera). Ke-enam, mengirim tim peninjau untuk melihat pelanggaran HAM yang terjadi di Papua.
Ke tujuh, meminta pemerintah Indonesia untuk membebaskan Filep Karma, Yusak Pakage dan semua tahanan politik dengan segera serta membuka akses jurnalis internasional ke Papua. Ke-delapan, mendesak agar dihentikan segala bentuk illegal loging oleh Indonesia di Papua yang dapat mengakibatkan perubahan iklim serta memonitor perjanjian mineral di Papua hingga ICJ memberikan kelayakan.
Menurut Victor, Peluncuran Kaukus yang dihadiri oleh sejumlah parlemen International di Inggris dan Eropa ini intensif dilakukan mulai pukul 15.00 – 16.30 waktu London yang dihadiri oleh dua anggota Perlemen Inggris Andrew Smith dam Lord Harries. Tidak itu saja, Vintor juga mengklaim bahwa peluncuran tersebut mendapat dukungan dari seluruh parlemen di Inggris, Eropa Amerika, para senator di Australia, New Zealand, Vanuatu, dan Papua New Guinea.
“Dari pertemuan itu juga dihadiri oleh Benny Wenda -mahasiswa, Mrs Melinda Janki dari International Human Rights Law Expert, Jeremmy Corbyn dan Opik dari Parlemen UK,” papar Victor membacakan hasil tersebut.
Sementara ketika disinggung kecaman anggota DPR RI, Theo L Sambuaga terkait sponsor yang dilakukan pihak asing dalam parlemen tersebut, Koordinator umum peluncuran IPWP Sebi Sambom mengatakan bahwa Indonesia jangan ikut campur urusan negara lain yang sedang membahas permasalahan di Papua, karena saat ini Indonesia tidak bisa mengintervensi negara maju.” Itu hanya komentar orang politik yang sedang dalam posisi sulit,” lanjut Sebi.
Ia juga menyayangkan sikap aparat dalam aksi demo damai di Jl Irian Jayapura, Senin (20/10). Menurutnya, dari sikap represive aparat saat mengamankan dan membawa pendemo menggambarkan pada dunia bahwa di Papua memang terjadi penekanan militer terhadap masyarakat Papua Barat. Padahal menurut pria berambut gimbal ini, demokrasi itu memiliki undang-undang dan bagaimana menyampaikan pendapat dimuka umum mereka telah pahami.
” Jangan memberikan teror mental yang akhirnya menimbulkan ketakutan pada masyarakat. Kami melihat tentara dan polisi yang membangun konflik dari ketakutan tersebut,” jelas Sebi.
Sementara itu, Ketua IPWP Papua Buchtar Tabuni juga menyayangkan sikap anggota DPRP yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Alasannya, saat mereka akan menyampaikan aspirasi, ternyata tidak satupun wakil rakyat berada di tempat. ” Kami sudah memberitahukan sebelumnya bahwa kami akan datang tanggal sekian untuk menyampaikan pendapat, tetapi ternyata tidak ada siapa-siapa,” sesal Buchtar.
Sikap semacam ini yang dianggap tidak memihak rakyat sehingga kedepannya Buchtar Cs sepakat untuk memboikot Pemilu.” Kami juga akan menyurati semua mahasiswa Papua yang kuliah di Jawa, Bali, Sumatrea, Sulawesi untuk kembali menyusun kekuatan serta boikot Pemilu.
Buchtar menyampaikan bahwa dengan sikap tegas yang akan mereka ambil l itu sama artinya tidak ada legitimasi terhadap pemerintah Indonesia yang membenarkan bahwa rakyat Papua adalah bagian dari Indonesia.”Papua bisa dikatakan bagian dari NKRI jika rakyat ikut memilih. Jika tidak, yah sama saja ada penolakan terhadap legalitas daerah itu,” tegas Buchtar.
Pria dengan gaya khas kacamata hitam dan pakaian loreng model Army ini juga mengomentari soal penanganan para pendemo kemarin.
Dengan gagalnya penyampaian aspirasi langsung ke DPRP nampaknya membuat IPWP Papua merancang strategi lain. Buchtar Tabuni dan Victor menegaskan bahwa yang difokuskan saat ini bukan lagi menghadap DPRP, melainkan melakukan sosialisasi untuk seluruh masyarakat Papua Barat melalui parlemen yang telah dibentuknya.
” Jika Papua ( DPRP, red) tidak mau menerima ini, kami akan sampaikan di parlemen kami sendiri. Soal hasil ini akan kemana nantinya urusan parlemen,” tandas keduanya seraya mengatakan bahwa mereka akan kembali mengambil sikap menyurat ke Jakarta dan PBB, tanpa menjelaskan lebihjauh meteri surat yang akan dikirim tersebut.(ade)
Kegiatan Internasional di dalam Gedung Parlement Inggris (15/10/2008) ternyata mendapat izin resmi dari Pemerintah Kerajaan Inggris dan Parlement Inggris. Kegiatan tersebut berlangsung didalam gedung tempat Gedung Parlement selayaknya kantor MPR/DPR – RI yang dihadiri oleh ratusan media cetak dan media massa Internasional. Dalam ruangan penuh dengan massa dengan kibaran sang Bintang Kejora. Bahkan dukungan juga datang dari beberapa Universitas Terkenal turut hadiri menyatakan dukungan atas Kemerdekaan Papua untuk memisahkan diri dari kolonial NKRI.
Bahkan dari dukungan juga datang dari Amerika Serikat, New Serland, Belanda, Jerman, Italia, Irlandia kawan-kawan aktivist mahasiswa yang tergabung dalam organisasi AMP Internasional Konsulat Eropa turut hadir dalam pertemuan tersebut. Sehingga pernyataan dalam media kolonial NKRI adalah penipuan untuk menyembunyikan kekalahannya di rakyat Indonesia.
Jika DPRP tidak menerima hasil pernyataan ini, ingat DPRP adalah milik NKRI sementara orang-orang yang duduk dikursi itu kulitnya orang Papua tetapi telah dibeli, dibayar lunas oleh NKRI maka dia akan menerima yang NKRI karena yang ia takutkan adalah uang yang banyak, mobil yang mewah, jabatan bukan memikirkan rakyat Papua.
Maka hasil perjuangan kawan-kawan kasih ke Parlement yang telah terbentuk di Inggris (15/10/2008) minggu lalu yang akan dilanjutkan hasilnya ke seluruh parlement diseluruh dunia. Hasilnya lebih menyakitkan bagi NKRI dari pada ke DPRP yang sengaja tidak hadir untuk menerima aspirasi tersebut.
Ada baiknya sikap abang Yance Kayame dkk karena aspirasi jangan kasih ke Indonesia tetapi kasih ke Parlement Papua yang baru itu agar bobotnya lebih tajam dari pada jatuh ke NKRI karena tidak akan menyelesaikan masalah kita.
Ada satu hal yang menarika saat kegiatan IPWP adalah PRESIDEN RI Susilo B. Yudoyono mau datang tetapi ditolok di imigrasi karena tidak ada undangan resmi dari Panitia IPWP, Pemerintah UK dan Parlement UK sehingga para aktivist pro kemerdekaan Papua yang mau hadir dalam kegiatan tersebut dibatalkan semuanya, padahal ada surat undangan resmi, logo parlement UK, Panitia IPWP dan Kedutaan Inggris untuk hadir. Imigrasi sangat marah sekali, sebab pejabat negara tidak bisa datang.
Sehingga jangan heran jika dalam semua media massa kolonial berbicara sesuai dengan pikiran dan hati kolonial. Tanpa bukti dan dasar asal ngomong di media massa, para pejabat menyebarkan opini untuk menyebunyikan kebohongan mereka terhadap rakyat Indonesia.
Akibat dari ini, aksi kawan-kawan ditanah air mengalami teror, intimidasi dari aparat mengapa? karena memang kegiatan IPWP memang mendapat dukungan resmi dari beberapa parlement. Jika tidak mengapa menahan aktivist Buktar Tabuni dkk, kalau Indonesia bilang bahwa kegiatan tersebut tidak dilaksanakan didalam gedung, tidak mendapat izin dari pemerintah, kita perlu bertanya? ada apa dibalik ini semua? ada ketakutan NKRI saat ini, tak akan tidur dengan tenang!
NKRI semakin kewalahan, maka segala cara akan dipakainya untuk menghalalkan segala cara untuk menyembunyikan ketakutannya.
Papua tetap merdeka, Alam Papua, Adat Papua , leluhur moyang Papua telah merestuinya, bahkan seluruh tanah penuh telah dibasahi oleh darah-darah anak terbaik yang telah dibunuh karena mempertahankan hak kesulungannya atas kejahatan NKRI dan Imperalis Internasional yang rakus.
Papua tetap Merdeka adalah harga mati, Indonesia angkat kaki dari tanah Papua, karena kita memang berbeda. ko pu kampung dimana jadi, ko pu kali dimana, gunung dimana, memang tidak tahu malu sekali. Kalian bisa tipu dimedia tetapi rakyat Papua ko tidak bisa tipu lagi sekarang karena kami punya media sendiri.
Rasta man