Enam Oknum Satgas 413 Aniaya Warga Sipil di Papua

SP/Robert Isidorus

Nyonya Christian Aipassa sedang menunggui suaminya di Rumah Sakit Umum Daerah Dok II, Jayapura, Papua sehabis dioperasi, Senin (7/7) siang.

[JAYAPURA] Polisi Militer Kodam (Pomdam) XVII/Cenderawasih masih menahan enam anggota Satgas 413/ Kostrad, Sragen, dan statusnya telah ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan terhadap Christian Aipassa (38), pegawai negeri sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sarmi, Papua, di Pasar Lama depan Toko Karimun, Sarmi.

Akibat penganiayaan tersebut, korban mengalami luka serius. Pendarahan di kepala, tulang tangan kanan patah, hidung retak, dan luka pada leher sebelah kanan akibat terkena popor senjata. Pada Senin (7/7) sekitar pukul 12.00 WIT, Christian menjalani operasi selama satu jam oleh tim dokter ahli tulang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura.

Sementara itu, keluarga Christian, yaitu David Warinussi yang ditemui wartawan di Ruang Bedah Pria RSUD Dok II Jayapura, Senin (7/7), menyayangkan sikap aparat di mana ada upaya dari pihak TNI, dalam hal ini Dandim Sarmi yang sepertinya ingin menutupi kejadian.

“Kami dari keluarga ingin korban segera dievakuasi ke Jayapura untuk perawatan medis yang lebih intensif. Tetapi, RSU Sarmi dijaga ketat oleh Satgas 413 sehingga kami susah membawa dia (korban) untuk dievakuasi,” katanya.

Segala upaya dilakukan keluarga, bahkan hendak mencarter pesawat, tetapi lagi-lagi pesawat malah dibatalkan tanpa alasan yang jelas. Dokter RSU Sarmi menurut versi keluarga juga terkesan takut mengambil tindakan kepada korban.

Setelah David yang kebetulan anggota Provost Polres Jayapura berpangkat Ipda ini datang bersama saudaranya ke Sarmi lewat jalur darat untuk menjemput korban, korban berhasil dievakuasi ke Jayapura. “Kejadian hari Minggu lalu, tetapi saya baru berhasil membawa adik saya hari Kamis (3/7) dan dioperasi hari ini,” ujarnya.

Sementara itu, istri korban, Ny Christian Aipassa sendiri mengaku sampai saat ini belum ada pihak Satgas 413 yang datang kepada keluarga untuk meminta maaf dan membiayai rumah sakit.

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Imam Santoso membantah apabila dikatakan kasus ini terkesan ditutup-tutupi.

Dikatakan, kasus ini akan diusut tuntas. Keenam oknum prajurit ini jelas-jelas melakukan tindak pidana murni. Mereka, yakni Kopral Bakri, Kopral Rico Laupassy, Prada Mustaqim, Prada Sutiono, Pratu Sugeng, dan Kopral Lifteu.

Kejadian ini sebenarnya terjadi hari Minggu (29/6) di Sarmi, namun baru diketahui media massa, Senin (7/7) siang, saat korban menjalani operasi.

Kronologi

Kejadian yang ini bermula saat Bendahara Sekwan DPRD Sarmi, Hengky Tonjau bersama Kadistrik Tor Atas Robert Wayasu hendak membeli pinang di Pasar Lama. Saat itu Hengky melihat anggota Satgas yang sudah dikenalnya, lalu dengan ramah Hengky mengajak anggota satgas ini untuk makan pinang sama-sama. “Eh ade mari sama-sama makan pinang,” ajaknya

Merasa tersinggung dengan ucapan Hengky, pelaku langsung menyela. “Ko (Kamu) panggil sa (saya) ade memangnya ko (kamu) kenal saya di mana kha,” kata oknum satgas ini. Anggota satgas ini kemudian hendak memukul Hengky. Pukulan oknum Satgas ini berhasil mengenai Hengky.

Melihat temannya dipukul, Robert kemudian datang untuk melerai. Dan Hengky pun sempat memukul anggota Satgas ini. Merasa terdesak kedua oknum Satgas ini segera berlari menuju Pos Satgas di Mararena, sedangkan Hengky dan Robert bergegas melaporkan kejadian di Polsek Sarmi.

Para oknum satgas ini kembali lagi ke lokasi kejadian dengan membawa keempat temannya. Dengan berpakaian preman dan membawa senjata. “Mereka mengamuk di pasar dan mengobrak-abrik tempat jual pinang,” kata Rita N Imbiri, ibu mantu korban.

Saat itu kebetulan Rita hendak ke rental yang letaknya tidak terlalu jauh dari pasar. Singkatnya Rita yang tak tahu-menahu kejadian dicegat oleh lima orang anggota Satgas yang bertanya kepadanya, “Mana orang Biak,” hardik mereka.

“Padahal, saya sudah bilang, kalau saya bukan orang Biak, tetapi mereka langsung seret saya ke dalam,” ujarnya.

Saat itulah korban yang hendak membeli rokok datang ke lokasi kejadian dan melihat ibu mantunya diseret. Korban mengatakan kepada salah satu anggota satgas yang kebetulan dikenalnya, yakni Prada Rico Laupassy. Bahwa yang diseret itu adalah ibu menantunya.

“Menantu saya bilang dia perempuan, jangan dibuat kayak begitu. Tetapi pelaku malah cekik leher saya punya anak mantu dan saya langsung lari ketakutan sambil teriak menangis,” tuturnya. Di situlah mereka menghajarnya. [154]

Last modified: 8/7/08

Exit mobile version