Ubah Perilaku Merusak Lingkungan

SP/Boy Surya Hamta

Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar (tengah), didampingi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta (kiri) menanam pohon, di Padang Panjang, Sumatera Barat, baru-baru ini.

Menteri Negara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar mencanangkan gerakan penanaman dua juta pohon di Sumatera Barat (Sumbar). Pencanangan ini adalah salah satu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan dari efek pemanasan global yang terus mengancam kelangsungan hidup manusia.

Gerakan tersebut bukan hanya sekadar inisiatif dari pemerintah, tapi telah menjadi gerakan bersama masyarakat yang dimulai dari tokoh masyarakat, alim ulama dan cerdik pandai. Pencanangan program penanaman dua juta pohon ini merupakan bagian dari rangkaian Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digelar di Padang Panjang, baru-baru ini.

“Untuk kembali memulihkan alam ini, perlu menggerakkan semua unsur lapisan masyarakat, sehingga bisa mengubah perilaku menjadi sadar dan menjaga lingkungan dari sebelumnya cenderung merusak alam,” kata Rachmat Witoelar ketika melakukan temu wicara dengan masyarakat peduli lingkungan di Padang Panjang.

Dia mengajak agar masyarakat mengubah perilaku menjadi ramah lingkungan, serta tidak lagi merusak lingkungan yang merupakan satu aset berharga dalam menjamin kelangsungan hidup masyarakat. Rahmat mendukung kebijakan Pemprov Sumbar untuk melakukan penanaman dua juta pohon. Sebab, semua itu bagian upaya untuk menghijaukan kembali alam di daerah ini.

Target

Tahun 2008, Sumbar menargetkan penanaman dua juta pohon di sejumlah lokasi, yakni lingkungan sekolah sebanyak 5.616 batang, meliputi SD/MI (4.118 batang), SMA (839 batang), SMA (550 batang), dan Perguruan Tinggi (109 batang). Penanaman itu juga dilakukan pada lingkungan perkantoran sebanyak 1.500 batang dan juga pada lokasi fasilitas umum lain.

Tahun 2009, ditargetkan sudah ditanam 2,5 juta pohon, dan 2010 sebanyak tiga juta pohon. Pada pencanangan gerakan penanaman dua juta pohon di Sumbar itu juga dilakukan penanaman secara simbolis dan ada pameran foto lingkungan hidup oleh peraih Kalpataru Raihul Amar.

Dalam kesempatan itu juga diserahkan sejumlah penghargaan seperti penghargaan Proper untuk perusahaan yang peduli lingkungan. Terpilih di antaranya PT Agrowiratama (sertifikat hijau), PT Gresindo Minang Plantation (sertifikat biru), PT AMP (biru), Bakrie Pasaman Plantation (biru), PT Family Raya (biru), PT Cola-Cola (biru). Selain juga diserahkan Sertifikat Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) terbaik yang diraih Padang, Solok dan Painan dan Adiwiyata, kepada sekolah berbudaya lingkungan SMP 24 Padang.

Penetapan peringatan ini merupakan salah satu ketetapan dari Konferensi PBB, untuk Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia 5 Juni 2008. Ini merupakan tonggak sejarah kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya penanganan secara bersama masalah lingkungan hidup. Deklarasi Stockholm yang dihasilkan mencatat perlunya komitmen, pandangan dan prinsip secara bersama bangsa-bangsa di dunia.

Untuk melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup umat manusia, melalui langkah-langkah untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, menghapuskan kemiskinan dan menghilangkan kelaparan, yang diderita sebagian umat manusia di negara berkembang. Peringatan Hari Lingkungan Hidup ini diharapkan dapat menggugah kepedulian masyarakat bertindak nyata dalam memecahkan persoalan lingkungan hidup.

Di sisi lain, Meneg Pemberdayaan Lingkungan, Meutia Hatta mengatakan, hampir 60 persen sampah yang dihasilkan masyarakat merupakan sampah rumah tangga. Harusnya, sampah-sampah tersebut bisa didaur ulang, sehingga bernilai ekonomis.

Peluang ini bisa diambil kaum perempuan untuk pemberdayaan keluarga dengan mendaur ulang sampah yang sifatnya organik dan an organik. “Makanya, kaum perempuan bisa menjadi kader lingkungan dengan memulai pemanfaatkan sampah organik di sekitar lingkungan tersebut. Karena perempuan dan lingkungan menjadi isu untuk pemulihan kembali lingkungan yang sudah mulai mengkhawatirkan,” katanya.

Perempuan, bisa mencegah terjadi pemanasan global. Karena perempuan dapat mengatur dalam rumah tangga, bagaimana mendaur ulang sesuatu yang bisa dimanfaatkan. “Perempuan menjadi aset pemerintah, bukan menjadi beban pemerintah. Saatnya perempuan bersama-sama dengan laki-laki bekerja sama dalam menyelamatkan lingkungan. Dengan penyelamatan lingkungan, perempuan juga bisa menciptakan usaha produktif yang ramah lingkungan,” tukasnya. [SP/Boy Surya Hamta]

Last modified: 27/6/08
http://www.suarapembaruan.com/News/2008/06/28/index.html

Exit mobile version