Demo Papua Merdeka di London, Sensasi Politik

JAYAPURA (Papua Pos) – Aksi demonstrasi damai yang digelar beberapa orang yang menamakan diri “Free West Papua” di depan gedung KBRI London pada 1 Mei lalu dipimpin Benny Wenda hanya untuk menarik perhatian para wisatawan setempat agar kaum wisatawan tidak perlu lagi melakukan perjalanan wisata ke Papua untuk melihat dari dekat orang asli Papua berpakaian tradisional.

Hal itu disampaikan salah seorang mantan pejuang politik Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sudah secara resmi kembali ke pangkuan ibu pertiwi Indonesia, Nicholas Messed di Jayapura melalui telepon selular, Jumat kemarin.
“Aksi demonstrasi di depan gedung KBRI London dengan pameran utama Benny Wenda yang mengenakan pakaian tradisional orang asli Papua itu merupakan sebuah atraksi seni, sehingga tidak perlu ditanggapi secara politis, tetapi dipandang dari sisi seni berbusana tradisional. Jika pendemonya meneriakkan kemerdekaan Papua, maka hal itu tidak perlu digubris,” tuturnya.
Messed yang pernah menjadi warga negara Swedia itu meminta Benny Wenda sebaiknya tidak perlu mencari sensai politik di luar negeri, tetapi kembali saja ke Papua, tanah kelahirannya sendiri untuk bersama-sama dengan saudara-saudaranya di sini membangun Papua menuju Papua Baru yang lebih adil, damai dan sejahtera.
Dia mengingatkan Benny Wenda agar menyadari dirinya yang saat ini sedang dimanfaatkan oleh LSM tertentu untuk kepentingan LSM itu sendiri yang ujung-ujungnya adalah menarik simpatik guna mendatangkan uang sebanyak-banyaknya demi suksesnya agenda politik LSM tersebut.
“Patut dicatat bahwa apa yang dilakukan Benny Wenda di depan gedung KBRI pada 1 Mei itu tidak sedikitpun mempengaruhi sikap resmi Pemerintah Inggris tehadap keberadaan Papua di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Inggris telah secara resmi dan konsisten mengakui Papua sebagai bagian integral dari NKRI,” tegasnya.
Dikemukakan lagi, apa yang dilakukan Benny Wenda bersama rekan-rekannya itu hanyalah membuang waktu dan energi. Jauh lebih baik dia kembali ke Papua untuk membangun tanah Papua ini. “Saya sudah punya pengalaman puluhan tahun berjuang di luar negeri untuk kemerdekaan Papua namun semua perjuangan itu sia-sia belaka, malahan menyengsarakan diri sendiri dan merugikan sesama masyarakat di tanah Papua,” katanya.
Kesadaran yang mendalam akan kesia-siaan memperjuangkan kemerdekaan Papua itulah maka pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi Indonesia khususnya pulang ke provinsi tertimur dari kepulauan Nusantara ini yaitu tanah Papua yang indah, permai, subur serta kaya akan potensi laut, hutan dan potensi tambang di perut bumi Cenderawasih ini.
“Baik atau tidak baik, tanahku Papua lebih baik. Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baiklah di negeri sendiri,” katanya dengan nada puitis.
Messed mengatakan, ketika berunjuk rasa damai di depan gedung KBRI London itu, Benny Wenda mengenakan topi tradisional khas Papua dengan wajah yang dicoreng warna putih bagaikan seorang kepala suku di tanah Papua.
“Apa yang dilakukannya sangat menarik karena atraksi itu merupakan tampilan seni tradisional Papua yang menarik perhatian kaum wisatawan di Inggris. Baiklah aksi itu dipandang sebagai sebuah atraksi seni tradisional yang patut dilestarikan seperti halnya pemerintah dan masyarakat Papua di tanah Papua ini sedang melestarikan berbagai potensi seni dan budaya asli Papua,” katanya.
Sebuah tontonan gratis di bidang seni tradisional Papua sudah diperlihatkan Benny Wenda dan rekan-rekannya. Itu saja yang dipahami ketimbang mendiskusikan hal itu dari sudut pandang politik yang hanya membuang waktu dan energi saja.
Demo damai yang dilakukan anggota Gerakan Papua Merdeka sudah sering dilakukan dan hal itu lumrah di sebuah negara yakni Inggris yang menjunjung hak asasi manusia dan demokrasi.** (sumber: papuapos.com)
Exit mobile version