17 Jenazah di Satu Lubang

TIMIKA-Mengharukan. Sebanyak 17 dari 19 pendulang yang tewas tertimbun tanah longsor di Kampung Tsugima, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Kamis (8/5) sore kemarin dikuburkan secara massal di pemakaman umum Kampung Karang Senang (SP III), Distrik Kuala Kencana. Jazad para korban dimasukkan dalam satu lubang berukuran 15 X 1,5 X 1,5 meter.
Prosesi pemakaman 17 jenazah berlangsung satu jam. Dimulai pukul 17.30 dan berakhir pukul 18.30 WIT.

Para korban yang dikuburkan itu, masing-masing, Nio Kogoya (42), Kulia Murib (35), Yuliana Kogoya (24), Yopianus Wanimbo (32), Kiwena Wanimbo (29), Yunita Wanimbo (28), Yona Kogoya (35), Ani Murib (4), Lusi Murib, Rifai Murib (4), Nelas Kogoya (50), Kabit Murib (32), Rina Murib (2), Yemisina Murib (32), Kiwandukme Wakerkwa (51), Teweame Magai (28), Salomina Waker (33) dan Depiana Telenggeng (27).

Sedangkan dua korban lainnya, Kahar (30) dan Firduas Daeng Nguru (35) Kamis pagi kemarin diberangkatkan dengan penerbangan pesawat Merpati ke Makassar.

Menurut Said Irsyad, dari pihak korban, kedua jazad, Kahar dimakamkan di Bone, sedangkan Firdaus dimakamkan di Takalar, Selawesi Selatan.

Prosesi pemakamannya pun langsung dihadiri Wakil Gubernur Papua Alex Hesegem, SE bersama dua anggota Komisi B DPRP, Paulus Sumimo dan Gerald Pahabol. Juga hadir Sekda Mimika Drs. Wilhelmus Haurissa, Kapolres AKBP GC Mansnembra, Dandim 1710 MImika Letkol Inf. Trie Soeseno serta ratusan warga yang adalah keluarga korban.
Prosesi pemakaman dijaga aparat Polres Mimika sekaligus mengatur arus lalu lintas yang sempat tersendat akibat adanya prosesi pemakaman korban longsor tersebut.

Pelepasan 17 jenazah dalam peti multipleks kemarin diwarnai isak tangis keluarga korban dan pelayat yang seakan tidak rela atas kepergian mereka.

Sebelum jenazah dilepas ke pemakaman, Pdt. Abdiel Tinal sempat melakukan rangkaian ibadah pemakaman yang dimulai pukul 17.00 WIT. Sekitar 300 lebih pelayat termasuk keluarga korban, menghadiri ibadah terbuka di lokasi pekuburan massal tersebut. Sebagian warga berada di halaman luar dari kintal lokasi pemakaman.

Sebelum digelar ibadah, enam jenazah yang sudah dimasukkan dalam peti mati yang ditata berjajar, terus ditangisi keluarga dan saudaranya. Keenam jenazah itu adalah warga Kampung Utikini Baru (SP XII), Distrik Kuala Kencana.

Sebelumnya, enam jenazah yang tiba di lokasi pekuburan massal pukul 16.00 WIT itu diarak dari Lapangan Sepak Bola SP XII pada Kamis pagi. Keenam jenazah disemayamkan di SP XII setelah dievakuasi dari Tembagapura dan tiba di RSMM, Rabu petang. Jenazah-jenazah itu adalah Nelas Kogoya (50), Yemisina Murib (32), Teweame Magai (28), Yunita Wanimbo (28), Yona Kogoya (35) dan Depiana Telenggeng (27). Menyusul 11 jenazah lainnya yang diarak dari Kampung Liamu Asri (SP V).

Duka mendalam dirasakan 17 keluarga korban yang kehilangan anak-anak dan saudaranya. Keluarga korban menangis disamping belasan jenazah.

“Peristiwa ini mengingatkan bahwa kita hanyalah manusia yang mempunyai keterbatasan, namun percayalah peristiwa apapun itu, terjadi atas kehendak Allah dan melalui itu Ia menyatakan kebesaran-Nya,” kata Pdt. Abdiel Tinal saat memimpin ibadah.

Dari pantauan Radar Timika (Grup Cenderawasih Pos) di tempat pemakaman, banyak pelayat yang menunggu kedatangan jenazah mulai pukul 14.30 WIT. Proses penggalian kubur dilakukan menggunakan alat berat excavator yang memulai penggalian pukul 15.00 WIT hingga pukul 16.30 WIT. Sebelumnya, sempat terjadi tawar menawar dengan pihak keluarga korban yang tidak menghendaki dikubur dalam satu liang.
Namun, berkat negosiasi Kadistrik Kuala Kencana Besem Gombo, Kadistrik Mimika Baru James Noldy Sumigar, Kapolsek Kuala Kencana AKP Idrus, Danramil Kota 02 Kapten Inf. Rodiko Nainggolan serta Danramil Kuala Kencana Lettu Rikcy Mesakh serta Kepala Kantor Trantib Engelbertus Rahaded, akhirnya masyarakat juga keluarga korban setuju.

Sayangnya, kondisi struktur tanah berawa sehingga lubang kubur digenangi air. Hal itu membuat petugas kepolisian dan Satpol PP menggunakan alat bantu alcon untuk menghisap air. Karena tidak mampu mengatasi luapan air, maka diambil langkah menggunakan penyangga kayu balok berukuran 10 X 5 cm yang ditempatkan di atas genangan air sebagai tempat peti jenazah. Puluhan warga langsung sigap beramai-ramai membuatnya.

Setelah itu, satu demi satu peti jenazah dimasukkan ke liang lahat. Tampak raut kesedihan yang mendalam menyertai prosesi adat lemparan gumpalan tanah oleh keluarga korban dan warga. Sebagai ungkapan berduka, ada warga yang menggosokkan lumpur ke bagian tubuhnya.

Sementara itu, sebagai bentuk keprihatinan dan belasungkawa atas musibah tanah longsor tersebut, Pemerintah Provinsi Papua secara langsung memberikan bantuan kepada keluarga korban sebesar Rp100 juta dan beras tiga ton. Bantuan serupa diberikan Pemda Mimika sebesar Rp100 juta termasuk bantuan bahan makanan.

Demikian dikatakan Wakil Gubernur Papua, Alex Hesegem, SE dan Sekda Mimika, Drs. Wilhelmus Haurissa saat diwawancarai Radar Timika di lokasi pekuburan massal korban longsor di pekuburan umum SP 3, Kamis (8/5) kemarin.

Kepada Radar Timika, Wagub Alex Hesegem mengatakan bantuan dana dan bahan makanan tersebut, akan disalurkan melalui koordinator pelaksana (Korlak) dalam hal ini Bupati yang diwakilkan kepada Sekda Mimika, akan diberikan langsung kepada masing-masing korban di kediamannya.

Menyikapi kasus bencana longsor yang menewaskan 19 korban itu, Wagub Alex Hesegem menyesalkannya, karena himbauan menyangkut bahaya mendulang di lokasi yang sebelumnya sudah tidak diperbolehkan itu, tidak digubris warga. Bahkan Wagub mengatakan, pada prosesi perdamaian dari perang beberapa waktu silam, sudah dihimbau dan ditegaskan warga setempat akan direlokasi.

“Dengan kejadian itu, kita tetap akan relokasi (pendulang, Red),” tegas Wagub yang tiba di Bandara Mozes Kilangin menggunakan penerbangan Pesawat AMA bersama rombongan anggota DPRP.

Kata Wagub, upaya relokasi para pendulang disebabkan oleh bahaya musibah alam, seperti longsor dan banjir. Wagub mengatakan, Pemda sudah berkali-kali menghimbau, akan tetapi terkendala. Namun untuk kali ini Wagub akan lebih serius menyikapinya. Sayangnya, tidak diterangkan konsekuensi apabila upaya pemindahan pendulang emas di lokasi rawan bencana gagal dilakukan.

Terkait hal itu, kata Wagub lagi, Pemda Provinsi telah memprogramkan masalah komplek sesuai dengan peristiwa yang terjadi di Timika, entah itu perang beberapa waktu lalu maupun kasus para pendulang liar. “Kita sudah programkan, tinggal tunggu pengesahan dana dari DPRP,” tutur Wagub.
Menyoal pada dana, lanjut Wagub, jumlahnya cukup besar. “Saya tidak hafal jumlah pastinya,” katanya. Dana bantuan itu dialokasikan dari anggaran belanja tambahan ABT Pemprov Papua.

Pada program relokasi, menurutnya pemerintah akan menyediakan lokasi baru yang dalam jangka panjang adalah lokasi penambangan rakyat. Kemudian pemerintah memikirkan mata pencaharian pendulang. “Kita pikir positif untuk masyarakat, termasuk cari tempat yang baik yang cocok untuk pertanian dan perkebunan sebagai lahan kerja baru bagi mereka,” terang Wagub.

Sementara itu, Kapolres Mimika AKBP GC Mansnembra didampingi Kasatgas Amole IV AKBP Joko Purwanto kepada wartawan mengatakan, terkait kabar masih adanya tiga korban lain yang belum dievakuasi, ternyata tidak benar karena sudah dievakuasi semuanya.

“Dengan demikian, jika dipastikan tidak ada korban lain, maka proses pencarian oleh tim gabungan akan dihentikan,” tutur Kapolres. Selain itu, menurutnya mempertimbangkan kondisi cuaca di lokasi kejadian yang sampai kemarin masih terjadi longsoran susulan apalagi hujan yang terus turun mengguyur. Sedangkan Kasatgas AKBP Joko mengatakan pihaknya tetap berkoordinasi dalam upaya pencarian sampai dipastikan benar-benar sudah tidak ada lagi korban yang tertimbun. “Tapi informasi terakhir, jumlah korban sudah pas,” tukas Kasatgas Amole IV. (eng)

Exit mobile version